Minggu, 22 Januari 2017

KRITIK ARSITEKTUR DESKRIPSI WISMA BNI 46



WISMA BNI 46 





Wisma 46 adalah sebuah bangunan tertinggi di indonesia.  Merupakan sebuah pencakar langit  setinggi 262 m (hingga pucuk antena) yang terletak di komplek Kota BNI di Jakarta PusatIndonesia. Menara perkantoran bertingkat 46 ini selesai tahun 1996 yang dirancang oleh Zeidler Roberts Partnership (Zeidler Partnership Architects) dan DP Architects Private Ltd.
Menara ini terletak di sebuah tanah seluas 15 hektare di pusat kota. Memiliki luas 140,028 m². Menara ini berisi 23 elevator yang dapat mencapai kecepatan 360 mpm dalam model berkecepatan super tinggi.
Wisma 46 adalah bangunan tertinggi ke-147 di dunia bila dihitung hingga puncak. Juga bangunan tertinggi kedua di belahan Bumi selatan. Bila dihitung hingga ke atap, menara ini setinggi 228 m dan bila dihitung hingga atap terendah, tingginya hanya 200 m.
Sebuah menara beton kubus setinggi 200 m sebelum sebuah menara kaca masuk dan membentuk puncak yang melengkung. Menara kaca ini terdiri dari eksterior kaca seluruhnya dengan jendela persegi. Pola jendela persegi ini dilintasi oleh tiga jendela persegi panjang. Desain bangunan ini digambarkan sebagai modern.

Menara ini mempunyai 48 tingkat di atas tanah yang hanya berisi perkantoran. Terdapat dua tingkat bawah tanah yang digunakan sebagai tempat parkir. Lantai 1 dan 2 diisi oleh bank, kafe, dan resto, seperti Starbucks Coffee dan Dunkin' Donuts. Selain Tugu Monas, gedung ini juga menjadi ikon kota Jakarta karena bentuknya yang unik seperti pena.

Jenis Metode Kritik Deskriptif : 

Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
– Static (Secara Grafis)
Depictive criticism dalam aspek static memfokuskan perhatian pada elemen-elemen bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture).

– Dynamic (Secara Verbal)
Tidak seperti aspek statis, aspek dinamis depictive mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di buat.
Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui : Bagaimana manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik?

– Process (Secara Prosedural)
Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu.
• Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
• Contextual Criticism ( Persitiwa)

Kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi bangunan, ditambah dengan penemuan-penemuan dalam ilmu konstruksi dan struktur, sering menghasilkan bentuk-bentuk struktur yang cantik yang sangat mengagumkan. Biasanya unsur estetika sebuah bangunan muncul dari sosok, olahan tampak atau elemen bangunan, namun sekarang jika sebuah bangunan menerapkan struktur cantik, maka struktur tersebut dengan sendirinya sudah merupakan elemen estetika yang tampil secara dominan di dalam wajah bangunan. Suatu struktur cantik dalam skala besar bisa dilihat pada gedung bertingkat tinggi. Banyak gedung bertingkat tinggi yang menggunakan struktur bangunan menjadi sebuah elemen estetika. Contohnya, sekarang banyak kita jumpai bangunan-bangunan yang melakukan rias wajahnya dengan pemanfatan konstruksi cadar, yaitu elemen-elemen tampak bangunan yang berupa sunscreen/tabir matahari, atau konstruksi ringan penutup wajah bangunan, dan bisa disebut juga panil-panil luar yang menyelimuti badan bangunan yang bersangkutan.

Konstruksi-konstruksi tabir matahari atau sejenisnya , seringkali dirancang menjadi bagian dari tampak bangunan, dan adakalanya pula konstruksi tabir mathari ini sekaligus dipasang pada seluruh wajah bangunan yang bersangkutan sehingga menjadi eleman tampak yang sangat dominan. Sebagai contoh, Gedung Wisma BNI 46 Jakarta, bagian atas gedung ini memakai cadar berupa dinding kaca, sedangkan bagian bawahnya memakai cadar berupa jalur-jalur aluminium berbentuk bidang lengkung yang menutupi pembukaan-pembukaan jendelanya. Mungkin cadar ini dimanfaatkan sebagi elemen security bagi ruangan dalam yang berada dibaliknya, selain pemanfaatanya sebagai cadar terhadap sinar matahari yang berlebihan yang masuk ke dalam ruang interior tersebut.

Gedung Wisma BNI 46 ini adalah bangunan bertingkat tinggi, merupakan pencakar langit yang terlihat anggun dan kokoh dengan tinggi 250 m (hingga atap) berada di kompleks kota BNI, Jakarta Pusat. Menara perkantoran yang menjulang tinggi ini dirancang oleh Zeidler Roberts Patnership. Untuk menampilkan ekspresi gedung Wima 46 ini, sang arsitek mengambil konsep dari logo BNI itu sendiri yaitu sebuah perahu yang menantang ombak di lautan dan teryata dari ide itulah tercipta bentuk bangunan yang mencengangkan di Jakarta. Layar perahu dalam logo tersebut ditransformasikan menjadi bangunan menara yang mempesona. Bagian dasarnya diapit oleh dinding raksasa yang melengkung berupa cadar jalur-jalur alauminium, sedangkan bagian dalamnya berlapis kaca menerus menjulang menggapai langit.

https://id.wikipedia.org/wiki/Wisma_46
http://img.bisnis.com/thumb/posts/2016/06/08/555421/wisma-bni-46.jpg?w=600&h=400